Penyakit Pernafasan

Penyakit Interstisial Paru dapat juga disebut sebagai penyakit parenkim paru difus, adalah sekelompok penyakit paru yang diklasifikasikan berdasarkan gejala klinik, radiografik, fisiologis, dan patologis yang serupa.
Klasifikasi
Zat yang dihirup
Anorganik
           Silikosis
           Asbestosis
           Berilliosis
       Organik
           Hypersensitivity pneumonitis
  
Oleh obat-obatan
Antibiotika
       Kemotherapi
       Antiarrhithmitika
       Statin
  
Penyakit jaringan ikat
Systemic sclerosis
       Polymyositis
       Dermatomyositis
       Lupus erythematosus
       Rheumatoid arthritis
  
Infeksi
Pneumonia yang " atypical"
       Pneumocystis pneumonia (PCP)
       TBC
       Chlamydia trachomatis
       Respiratory Syncytial Virus
   
Idiopatis /ILP ( Idiopathic pulmonary disease )
Idiopathic pulmonary fibrosis UIP
       Other:  
       Desquamative interstitell pneumonia DIP Hamman-Rich syndrome
       Acute Interstiell Pneumonia AIP Antisynthetase Syndrome
       Nonspecific Interstiell Pneumonia NSIP
       Respiratory Bronchiolitis interstiell lung disease RB ILD
       Cryptogenic Organising Pneumonia COP
       Lymphozitic Interstiell Pneumonia
Malign
Lymphangitis carcinomatosis
* Paru-paru hitam adalah suatu penyakit paru-paru yang disebabkan  karena menghirup debu batubara dalam jangka panjang. Penyakit ini  dikenal juga dengan sebutan pneumokoniosis pekerja batubara,  dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu simplek dan komplikata. Tipe simplek  biasanya bersifat ringan, sedangkan tipe komplikata bisa berakibat fata

Simplek

Pada paru-paru hitam simplek, serbuk batubara berkumpul di sekeliling bronkiolus. Walaupun relatif lembam dan tidak menimbulkan banyak reaksi, serbuk batubara akan menyebar ke seluruh paru-paru dan terlihat sebagai bercak-bercak hitam kecil pada foto sinar-X bagian dada.

Kompleks

Walaupun serbuk batubara tidak akan menyumbat saluran napas. Tetapi setiap tahunnya, antara 1 sampai 2% penderita paru-paru hitam simplek, akan berkembang menjadi bentuk penyakit yang lebih serius yang disebut sebagai fibrosis masif progresif, yang ditandai dengan terbentuknya jaringan parut yang luas di paru-paru, dengan diameter di atas 1 sentimeter.
Meskipun sudah tidak lagi terjadi pemaparan debu batubara, tetapi fibrosis masif progresif akan semakin memburuk. Jaringan parut bisa menimbulkan kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah paru-paru.

Bentuk lain

Sindroma caplan merupakan kelainan yang jarang terjadi tetapi dapat menyerang penambang batubara yang menderita artritis rematik. Nodul jaringan parut yang bulat dan besar akan berkembang dengan cepat di paru-paru. Nodul seperti ini mungkin juga terbentuk pada orang-orang yang terpapar debu batubara, walaupun mereka tidak menderita paru-paru hitam.

Penyebab

Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru. Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.

Gejala-gejala

Paru-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak penderita yang mengalami batuk menahun dan mudah sesak napas karena mereka juga menderita emfisema (karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik lainnya).
Fibrosis masif progresif yang berat juga menyebabkan batuk dan sesak napas.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.
Tetapi adalah penting untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.

Pencegahan

Paru-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.

* Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati.
Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.
Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema).
Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

Pembagian

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2006, PPOK dibagi atas 4 derajat:
  1. PPOK Ringan: biasanya tanpa gejala, faal paru VEP1/KVP < 70%
  2. PPOK Sedang: VEP1/KVP < 70%, atau 50% =< VEP1 < 80% prediksi
  3. PPOK Berat: VEP1/KVP < 70%, atau 30%=<VEP1<50% prediksi
  4. PPOK Sangat Berat: VEP1/KVP < 70% atau VEP1<30% atau VEP1<50% disertai gagal napas kronik

Penatalaksanaan PPOK

Tujuan

  1. Mencegah progresivitas penyakit,
  2. Mengurangi gejala
  3. Meningkatkan toleransi Latihan
  4. Mencegah dan mengobati komplikasi
  5. Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
  6. Mencegah atau meminimalkan efek samping obat
  7. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
  8. Meningkatkan kualitas hidup penderita
  9. Menurunkan angka kematian

Program tatalaksana

  1. Evaluasi dan monitor penyakit
  2. Menurunkan faktor risiko
  3. Tatalaksana PPOK stabil
  4. Tatalaksana PPOK eksaserbasi

Penatalaksanaan menurut derajat PPOK

  1. Berhenti merokok/mencegah pajanan gas/partikel berbahaya
  2. Menghindari faktor pencetus
  3. Vaksinasi Influenza
  4. Rehabilitasi paru
  5. Pengobatan/medikamentosa di antaranya penggunaan bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik kerja singkat), penggunaan bronkodilator kerja lama (LABA, antikolinergik kerja lama), dan obat simtomatik. Pemberian kortikosteroid dapat digunakan berdasarkan derajat PPOK.
  6. Pada PPOK derajat sangat berat diberikan terapi oksigen
  7. Reduksi volume paru secara pembedahan (LVRS) atau endoskopi (transbronkial) (BLVR)